Jumat, 18 Mei 2012

perumusan masalah dlm penelitian kualitatif


Titik tolak penelitian jenis apapun tidak lain bersumber pada masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan.
Masalah dalam penelitian bertumpu pada suatu fokus. Pada dasarnya penentuan masalah menurut Lincon dan Guba (1985 : 226) dan Moleong (2004 :93) begantung pada apardigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti, yakni apakah ia sebagai peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan. Maka ada 3 macam masalah yaitu masalah untuk peneliti, evaluasi untuk evalluator dan pilihan kebijaksanaan untuk peneliti kebijaksanaan.
Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda-tanda dan dengan sendirinya memmerlukan upaya untuk mencari suatu jawaban (Guba, 1987 ; Lincoln dan Guba, 1985 :218; Guba dan Lincoln, 1981 : 8 dalam Moleong, 2004 :93).
A.  Pembatasan Masalah
 Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda-tanda dan dengan sendirinya memmerlukan upaya untuk mencari suatu jawaban (Guba, 1987 ; Lincoln dan Guba, 1985 :218; Guba dan Lincoln, 1981 : 8 dalam Moleong, 2004 :93). Faktor yang berhubungan tersebut dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman atau unsur lainnya. Tujuan suatu penelitian pada dasarnya adalah terpecahkanya masalah yang dirumuskan terlebih dahulu. Hal itu dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan.
Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus. Ada 2 maksud tertentu yang ingin dicapai oleh peneliti dalam menetapkan fokus. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi. Jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau memasukkan-mengeluarkan informasi yang baru diperoleh dari lapangan. Jadi dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang akan dikumpulkan dan data mana yang tidak perlu.
Pembatasan masalah merupakan tahap yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif walaupun sifatnya luas yang akan ditarik kesimpulan penting.
1.      Suatu penelitian tidak dimulai dari suatu yang vokum atau kosong. Implikasinya, peneliti seyogyanya membatasi masalah studinya yang bertumpu pada fokus.
2.      Fokus pada dasarnya adalah masalh pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.
3.      Tujuan penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang dirumuskan.
4.      Masalah yang bertumpu pada fokus yang ditetapkan bersifat tentatif dapat diubah sesuai dengan situasi latar penelitian.
B.  Model Perumusan Masalah
Teknik perumusan masalah, khususnya untuk kawasan penelitin kualitatif, dapat diatasi dengan menelaah, mempelajari dan memahami model-model perumusan masalah, kemudian mengadakan latihan sendiri.
Dipihak lain, tujuan suatu penelitian ialah upaya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, kelirulah anggapan orang atau peneliti yang menyamakan masalah dengan penelitian. Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan yang ada dalam masalah tersebut. Jadi proses tersebut berupa proses dialektik yang berperan sebagai proposisi terikat dan antitesis yang membentuk masalah berdasarkan usaha sintesis tertentu (Moleong, 2004 :93).
Ada 2 maksud tertentu yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus.
1.      Penetapan fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri. Misalnya, jika kita membatasi diri pada upaya menemukan teori dasar, maka lapangan penelitian lainny tidak akan kita manfaatkan lagi.
2.      Penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau memasukkan-mengeluarkan informasi yang baru diperoleh dari lapangan. Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus, peneliti tahu persis data mana dan data tentang apa yang perlu dikumpulkan dan data mana pula, yang walaupun mungkin menarik, karena tidak relevan tidak perlu dimasukkan kedalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan. Jadi, dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang akan dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah ataupun yang mana yang akan dibuang.
Contoh konkrit dibawah ini dikemukakan pembatasan studi nancy Chism (1984 : 16-18)dalam Moleong (2004 :93) yang meneliti ‘Conditions influencing teacher develpment in a elementary school setting’, suatu penelitian yang tergolong kualitatif
1.      Penyajian rumusan masalah secara proporsional
Penelitian Zajano (usul penelitian yang diajukan pada kelas seinar di Oheo State University, January 1987) mengajukan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut ini. Pertanyaan  khusus penelitian yang dikemukakan dalam studi ini ialah: bagaimana siswa wanita sekolah memandang suasana belajar sekolahnya, dan apakah yang mempengaruhi persepsi itu dalam usahanya mencapai pengetahuan dan keterampilan nyata yang diajarkan disekolah ?
2.      Penyajian rumusan masalah secara diskusi
Penelitian Nico L.Kana yang berjudul “pengalaman etnografi dipulau sawu” dalam Kuntjaraningrat dan Donald K. Emerson, ed., 1985:143-144, rumusan masalahpenelitiannya disatukan dengan tujuan penelitian sengai berikut.
Tujuan studi etnogarfi di pulau sewu adalah untuk memperoleh pemahaman tentang dunia orang sawu, yaitu dunia sebagaimana mereka sendiri memandangnya dan mengaturnya.
3.      Penyajian rumusan masalah dalam bentuk gabungan (diskusi dan proposional)
Penelitian Terence H. Hull dan Valerie J. Hull yang berjudul “teknik riset gabungan dalam studi kesuburan didaerah pedesaan di Jawa”(dalam Kuntjaraningrat dan Donald K. Emerson, ed., 1985:45). Perumusan masalah pada laporan penelitian ini tampaknya ada pada sasaran dan metode dasar penelitian seperti yang dikemukakan sebagai berikut.
Tujuan kami adalah mempelajari tingakt kesuburan didaerah pedesaan dijawa dan perbedaan besar kecilnya keluarga pada berbagai keadaan sosial ekonomi.
C.  Analisis Perumusan Masalah
Pengkajian model-model perumusan masalah didasarkan oleh enam patokan, yaitu :
1). Apakah rumusan maslah itu telah menghubungkan dua atau lebih faktor (definisi masalah)? Jika ya, apakah dirumuskan secara proposional ataukah dalam bentuk diskusi atau gabungan kedua-duanya.
2). Apakah rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian ? jika ya, apakah hanya terdapat rumusan masalah atau dicampuradukkan dengan metode penelitian ? jika disatukan dengan tujuan penelitian apakah maslah dipandang sama dengan tujuan penelitian dimaksdkan untuk memecahkan masalah.
3). Apakah urainya dalam bentuk deskriftif saja atau deskriptif dengan pertanyaan penelitian, ataukah dalam bentuk pertanyaan penelitian saja.
4). Apakah rumusan masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi kriteria “inklusi-eksklusi” ataukah masih demikian umumnya sehingga kriteria itu tidak akan terpenuhi?
5). Apakah kata “hipotesis kerja” dinyatakan secara eksplisit dan berkaitan dengan masalah penelitian? Ataukah hanya dinyatakan secara implisit ?
6). Apakah secara tegas pembatasan studi dinyatakan dengan istilah fokus secara eksplisit atau tidak, dan apakah fokus itu merupakan masalah ?
Goetz  dan LeComte memberikan pedoman tentang panduan yang difungsikan oleh teori bagi perumusan pertanyaan atau permasalahan penelitian meliputi tiga cara.
1.      Bahwa teori menjadi sumber timbulnya pertanyaan penelitian.
2.      Sejumlah model teoritik telah mempengaruhi disiplin ilmu tempat seseorang memperoleh pelatihan dan ini mempengaruhi peneliti dalam merumuskan masalah penelitian.
3.      Peneliti mengembangkan pertanyaan dari pengalaman empirik dan mencari konfirmasi dari serangkain review teori. Berbekal teori-teori yang ada, peneliti dapat menggunakan hal itu untuk keperluan perumusan masalah penelitian.

D.  Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah
1.      Prinsip yang berkaitan dengan teori dari / dasar
Peneliti hendaknya senantiasan menyadari bahwa perumusan maslaha dalam penelitianya didasarkan atas upaya untuk menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama.
2.      Prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah
Pada dasarnya inti penelitian kualitatif terletak pada upaya penemuan dan penyusunan teoei baru lebih darisekedar  menguji, atau mengkonfirmasikan, atau verifikasi suatu teori yang sedang berlaku. Sehubungan dengan hal itu, perumusan masalah ini bermaksud menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori substantif, yaitu teori yang berakar dari data.
3.      Prinsip hubungan faktor
Fokus atau masalah  merupakan rumusan yang terdiri dua atau lebih faktor yang menghasilkan kebingungan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena.
4.      Fokus sebagai wahana untuk membatasi studi
Suatu penelitian tidak dimulai dari suatu yang kosong. Implikasinya, peneliti seyogyanya membatasi masalahnya dengan fokus. Fous pada dasranya adalah masalah yang bersumber dari pengaaman peneliti atau pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan lainnya. Implikasinya, apabila peneliti merasakn adanya masalah, seyogyanya ia mendalami kepustakaan yang relevan sebelum terjun kelapangan.
5.      Prinsip yang berkaitan dengan kriteria inklusi dan ekslusi
Masalah yang dirumuskan secara jelas dan tegas akan merupakan alat yang ampuh untuk memilih data yang relevan. Mungkin ada dat yang menarik, namun tidak relevan maka data yang demikian akan dikeluarkan.
6.      Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah yaitu :
1.      Secara diskusi
2.      Secara proposional
3.      Secara gabungan
7.      Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Posisi perumusan masalah adalah ksdudukan unsur rumusan masalah diantara unsur-unsur penelitian lainnya. unsur-unsur penelitian lainnya yang erat kaitannya dengan perumusan masalah adalah “latar belakang masalah”, “tujuan”, dan “metode penelitian”.
Prinsip posisi menghendaki agar rumusan latar eakang penelitian didahuluakn karena latar belakanglah yang memberikan ancang-ancang dan alasan diadakannya penelitian.
8.      Pprinsip yang berkaitan dengan hasil kajian kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak dapat dipisahkan dari hasil kajian kepustakaan yang berkaitan. Kajian kepustakaan tersebut mengarahkan serta membimbing peneliti untuk membentuk katagori substantif walaupun perlu diingat katagori substantif seharusnya bersumber dari data.
9.      Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitian, ketika merumuskan masalah, hendaknya peneliti mempertimbangkan ragam pemacanya sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan pembacanya.

0 komentar: