Selasa, 17 Mei 2011

konsep dasar mengajar


A. PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
       Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Strategi Belajar merupakan mata kuliah yang membahas tentang bagaimana penerapan mengajar dan belajar dalam proses standar pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang belum menjalankan teori-teori belajar yang sempurna dan sebagian guru sekarang ini yang belum menerapkan dari teori-teoai belajar. Maka dalam pendidikan diindonesia ini belum semuanya tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu Dalam pembelajaran perlunya perubahan-perubahan, baik dalam perubahan paradigma tentang belajar maupun dari segi penagajaran yang dilakukan oleh guru. Perubahan inilah yang nanti kedepannya akan merubah pola pendidikan kita akan lebih baik.

2.    Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah menyelesaikan tugas mata kuliah Strategi Belajar pada semester ganjil kali ini, selain itu untuk mengetahui bagaimana Mengajar dan Belajar dalam Standar Proses Pendidikan. Setelah mempelajarinya, baik mahasiswa, calon guru diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam proses atau belajar sehingga dapat di capainya nilai mata kuliah yang tinggi.
Kemudian dengan adanya makalah ini para pembaca bisa mengerti tentang mengajar dan belajar dalam standar proses pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan.
3.    Rumusan Masalah
a.       Bagaimana konsep dasar mengajar?
b.      Perlunya perubahan paradigma tentang mengajar ?
c.       Makna mengajar dalam standar proses pendidikan ?
d.      Berbagai macam Teori – teori belajar ?



B. Pembahasan
1.  Konsep Dasar Mengajar
a. Mengajar  sebagai Proses Menyampaikan Materi pembelajaran
      Kata “tech” atau mengajar berasal dari bahasa inggris kuno, yaitu taecan. Kata ini berasal dari bahasa  jerman kuno (Old Teutenic), taikjan, yang berasal dari kata teik, yang berarti memperlihatkan. Kata tersebut ditemukan juga dalam bahasa sanskerta, dic, yang dalam bahasa Jerman deik. Istilah mengajar (teach) juga banyak berhubungan dengan token yang berarti tanda atau simbol. Jadi mengajar dilihat dari asal-usul katanya berarti memperlihatkan  sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau symbol, penggunaan tanda atau symbol itu dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respon mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan, dan lain sebagainya.
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap sebagai oroses mentransfer ilmu. Dalam konteks ini, mentransfer ilmu bukan berarti memindahkan tetapi sebagai proses menyebarluaskan ilmu pengetahuan atau  menanamkan ilmu pengetahuan.
Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :
1)      Proses pengajaran berorientasi pada guru ( teacher centered )
      Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang sangat penting. Ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu guru sebagai perencana, guru sebagai penyampai informasi, guru sebagai evaluator. Sebagai perencana pengajaran, sebelum proses pengajaran guru harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan, seperti materi pelajaran apa yang yang harus disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, media apa yang harus digunakan. Dalam melaksanakan perannya sebagai penyampai informasi, sering guru menggunakan metode ceramah sebagai metode utama. Metude ini merupakan yang dianggap ampuh dalam proses pengajaran. Sedangkan sebagai evaluator, guru juga berperan dalam menentukan alat evaluasi keberhasilan pengajaran. Biasanya criteria keberhasilan proses pengajaran diukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.
2)      Siswa sebagai objek belajar
      Konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran.mereka dianggap sebagai organisme pasif,yang belum memahami apa yng harus diphami, sehimgga melalui proses pengajaran mereka dituntut memahami segala sesuatu yang yang diberikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru. Jenis informasi dan pengetahuan yang harus dipelajari kadang-kadang tidak berpijak dari kebutuhan siswa, baik dari segi pengembangan bakat  maupun minat siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan apa yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
3)   Kegiatan pengajaran pada tempat dan waktu tertentu
Proses pengajaran berlangsung pada tempat tertentu, misalnya terjadi dikelas dengan penjadwalan yang ketat, sehingga siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Adanya tempat yang telah ditentukan, sering proses pengajaran terjadi sanagt formal. Siswa duduk dibangku berjejer , dan guru didepan kelas. Demikian pula dengan waktu yang diatur sangat ketat.
4)   Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur sejauh mana siswa dapat memahamimateri pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari materi pelajaran yang diberikan dari sekolah. Sedangkan, mata pelajaran itu sendiri adalah pengalaman-pengalaman masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam buku-buku.
                                                                                                          




b. Menagajar sebagai Proses Mengatur Lingkungan

      Pandangan lain mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan dengan harapan agar siswa belajar. Terdapat beberapa karakteristik dari konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan itu.
1)   Mengajar berpusat pada siswa ( student centered )
      Mengajar tidak ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri. Hendak belajar apa siswa dari topic yang harus dipelajari, bukan hanya guru yang menentukan tetapi juga siswa. Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai gayanya sendiri. Dengan demikian guru berperan sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu siswa untuk belajar. kriteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, tetapi diukur sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian,guru tak lagi berperanhanya sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses pembelajaran berpusat kepada siswa (student centered)
2)   Siswa sebagai subjek belajar
Dalam konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan, siswa tidak dianggap sebagai organisme pasif yang hanya sebagai penerima informasi, akan tetapi dipandang sebagai organisme yang aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang. Mereka adalah individu yang memiliki kemampuan dan potensi.
3)   Proses pembelajran berlangsung dimana saja
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembalajaran bias terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan bebagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.
4)   Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
Tujuan pembelajarn bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya sejauh mana materi pelajaran yang dikusai siswa dapat membentuk pola prilaku siswa itu sendiri.
2. Perlunya Perubahan Paradigma tentang Mengajar
 Pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu, dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Maka inilah yang menuntut perlu terjadinya perubahan paradigma mengajar dari mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.
Pertama, siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itulah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang memungkinkan siswa dapat dengan medah mendapatkan bebagai informasi, tugas, dan tanggung jawab guru bukan semakin sempit namun justru semakin kompleks.
Kedua, ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecendrungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai cabang keilmuan. Begitu hebatnya perkembangan ilmu biologi, ilmu ekonomi,hokum dan lain sebagainya. Maka pengetahuan itulah yang seharusnya menjadi dasar perubahan. Bahwa belajar, tak hanya menghafal informasi, menghafal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi dan pengetahuan itu mengasah kemampuan berfikir.
Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Dewasa ini, anggapan manusia  sebagai organisme yang pasif yang perilakunya dapat di tentukan oleh lingkungan seperti dalam aliran behavioristik, telah banyak di tinggalkan orang.
Ketiga hal di atas, menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar jangan diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih di pandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang di milikinya.
Pengaturan lingkungkungan adalah proses menciptakan iklim yang baik seperti penataan lingkungan, penyedian alat dan sumber pembelajarandan hal-hal lain yang memungkinkan siswa betah dan merasa senang belajar sehingga mereka dapat berkembang secara iptimal sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang di milikinya.
3. Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan
 Mengajar Dalam konteks standar proses pendidikan tak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga di maknai sebagai proses mengatur lingungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering di istilah kan dengan pembelajaran.
Dalam implementasinya, walaupun istilah yang di gunakan pembelajaran, tidak guru menghilangkan peranya sebagai pengajar, sebab secara konseptual pada dasarnya dalam istilah mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa. Bruce Weil (1980) mengemukan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran semacam ini. Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan mengatur lingkungan ini di maksudkan untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberi  latihan-latihan penggunaan fakta-fakta.
Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus di pelajari, ada tiga tipe pengetahuan yang masing-masing memerlukan situasi yang berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebut yaitu pengetahuan fisis, sosial dan logika.
Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial, anak akan lebih baik mempelajari pengetauan logika dan sosial dari temanya sendiri. Melalui pergaulan dan hubungan sosial, anak belajar lebih efektif di bandingkan dengan belajar yang menjauh kan dari hubungan sosial. Oleh karena melalui hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan komunikasi, berbagi pengalaman, yang memungkinkan mereka berkembang secara wajar.
Atas dasar uraian di atas, maka proses pembelajaran harus di arahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus di miliki. Dari penjelasan di atas, maka makna pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan di tunjukan oleh beberapa ciri yang di jelaskan berikut ini.
a.    Pembelajaran adalah proses berpikir
Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melaluai interaksi antara induvidu dan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekan kan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang di utamakan adalah kemampuan ssiswa untuk memperoleh pengetahuanya sendiri. Asumsi yang mendasari  pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi di bentuk oleh induvidu itu sendiri dalam strukrtur kognitif yang dimilikinya.
b.    Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak
Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri proses berpikir otak kiri bersipat logis, skuensial, linear dan rasional. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, menempatkan detail dan fakta serta simbolis. Cara kerja otak kanan bersifat acak, tidak teratur dan intuitif. Cara berfikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi. Kedua belahan otak perlu di kembangkan secara optimal dan seimbang.
c.    Pelajaran berlangsung sepanjang hayat
Belajar adalah proses terus menerus yang tak pernah henti dan tak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupanya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin di capainya. Dalam proses mencapai tujuanya itu, manusia akan di hadapkan  pada  berbagai rintangan. Prinsip belajar sepanjang hayat seperti yang telah di kemukakan di atas sejalan dengan empat pilar pendidikan universal  seperti yang di rumuskan  UNESCO ( 1996 ), yaitu :
·      Learning to know atau learning to learn
Mengandung pengertian bahwa belajar itu  hanya berorentasi kepada produk atau hasil belajar.
·      Learning to do
 Mengandung pengertian  bahwa belajar itu bukan hanya sekedar  mendengar dan melihat  dengan tujuan  akumulasi pengetahuan.
·      Leraning to be
Mengandung pengertian  bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “ menjadi dirinya sendiri “.
·      Lerning to live together
Adalah belajar untuk bekerja sama.

4. Teori-teori  Belajar
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan
a.    beberapa teori belajar behavioristik
1)   Teori Belajar koneksionisme
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan. Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
2)   Teori belajar classical conditioning
Teori ini mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
3)   Teori Belajar Operant conditioning
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
b.   Teori – teori Belajar Kognitif
1)   Teori Gestalt
Teori Gestalt dikembangkan oleh Koffka, Kohlar, dan Wertheimer. Menurut teori gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan.
Insight yang merupakan ciri inti dari belajar menurut teori Gestalt memilki ciri-ciri sebagai berikut :
·      Kemampuan insight seseorang tergantung kemampuan dasar orang tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompoknya.
·      Insight dipengaruhi atau tergantung pada pengalaman masa lalunya yang relevan.
·      Insight tergantung kepada pengaturan dan penyedian lingkungan. Simpanse tidak mungkin dapat meraih pisang yang ada diluar jerujinya apabila tidak disediakan tongkat.
·      Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang dapat menjadi kendaraan dalam memecahkan masalah lain pada situasi lain.
·      Apabila insight telah diperoleh, maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi lain.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang teori belajar ini, dibawah ini disajikan beberapa prinsip penerapannya :
a)    Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Teori Gestalt menganggap bahwa keseleruhan itu lebih memiliki makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam keseluruhan. Sebuah kata akan bermakna apabila ada dalam sebuah kalimat. Demikian juga kalimat akan memilki makna apabila ada dalam suatu rangkaian karangan. Makna dari prinsip ini adalah bahwa dalam pembelajaran bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi meski berangkat dari suatu masalah. Melaui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
b)   Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak itu bukan hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Apa artinya kemampuan intelektual manakala tidak diikuti sikap yang baik atau tidak diikuti oleh pengembangan potensi yang ada dalam diri anak.
c)    Belajar berkat insight
Belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan pada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi anak akan mendapatkan insight yang sangat berguna setiap masalah.
d)   Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna dalam kehidupan setiap prilaku individu. Belajar adalah melakukan reorganisasi pengalaman-pengalaman masa lalu yang secara terus-menerus disempurnakan. Proses membelajarkan adalah proses memberikan pengalaman-pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak. 
2)      Teori Medan
Teori Medan dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori medan menaggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah. Beberapa hal yang berkaitan proses pemecahan masalah menurut Lewin dalam belajar adalah :
a)    Belajar adalah perubahan kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan masalah jika ia bisa mengubah struktur kognitif.
b)   Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berprilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu. Motivasi juga bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan, misalnya pengalaman kesuksesan.
3)      Teori Konstruktivistik
Teori Konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memilki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna, Sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bemakna.
Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema.


C. Penutup
1.      Kesimpulan
seseorang melalui tanda atau symbol, penggunaan tanda atau symbol itu dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respon mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan, dan lain sebagainya.
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.
Beberapa teori belajar behavioristik
·         Teori Belajar koneksionisme
·         teori belajar classical conditioning
·         Teori Belajar Operant conditioning
Beberapa Teori – teori Belajar Kognitif
·         Teori Gestalt
·         Teori Medan
·         Teori Konstruktivistik
2.      Saran
Penyusun menyadari kekurangan sempurnanya tulisan ini, itu semua karena kurangnya ilmu pengetahuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu diharapkan kritik serta saran yang bersifat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semuanya terutama bagi penyusun sendiri.


0 komentar: