Jumat, 18 Mei 2012

sistem kepelatihan


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi disegala bidang. Berbagai perkembangan itu, semakin kuat sejalan dengan tuntutan reformasi dan globalisasi. Untuk itu, mutlak diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas mampu mengembangkan potensi yang dimiliki untuk kemajuan bangsa dan Negara.
Salah satu upaya membina SDM yang berkualitas, adalah melalui pendidikan dan pelatihan. Baik yang diberikan melalui pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan di lingkungan masyarakat. Sasaran dari setiap pendidikan dan khususnya pelatihan selain merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan harkat dan martabat manusia, tercapainya peningkatan kehidupan manusia kearah yang lebih sempurna, baik kuantitatif maupun secara kualitatif juga sebagai pendorong manusia dalam memenuhi kebutuhan diriya sebagai makhluk individual dan makhluk social yaitu agar mau dan mampu hidup dalam lingkungan social atau lingkungan pekerjaannya dengan baik sehingga dia juga mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya.
Oleh karena itu, melalui kegiatan pelatihan diharapkan dapat mendayagunakan, meningkatkan kemampuan dan meningkatkan pembinaan lingkungan kerja sehingga mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia yang bermutu dalam suatu organisasi khususnya dalam pekerjaannya.
Cukup banyak kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diadakan suatu lembaga umum maupun lembaga khusus untuk meningkatkan kualitas organisasi sesuai dengan kebutuhan, namun tak sedikit pula merasakan bahwa pendidikan dan pelatihan yang diikuti kurang sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi masalah-masalah dalam pelatihan tersebut maka perancang dan penyelenggara pelatihan perlu memahami terlebih dahulu tentang konsep pelatihan sehingga mampu memahami prinsip-prinsip pendidikan yang ada pada peltihan serta tujuan dari pelatihan itu sendiri baik dari segi organisasi maupun sisi karyawannya.

2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sbb :
a.       Bagaimana prinsip-prinsip yang perlu dipahami perancang dan penyelenggara  pada pendidikan dan pelatihan ?
b.      Apa tujuan yang akan dicapa dari diadakannya pendidikan dan pelatihan ditinjau dari sisi organisasi ataupun sisi karyawan ?

3.      Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
  1. Untuk memberikan informasi tentang prinsip-prinsip pendidikan dan pelatihan.
  2. Untuk menjelaskan tujuan diadakannya pendidikan dan pelatihan ditinjau dari sisi organisasi dan karyawan.
BAB II
Pembahasan

A.    Prinsip – prinsip Pendidikan dan pelatihan
            Pendidikan dan pelatihan saat ini sudah merupakan suatu kaharusan dilakukan oleh suatu organisasi dan tidak dapat diabaikan, karna hal ini dapat dipandang sebagai penanaman modal (investasi). Pendidikan dan pelatihan yang terencana secara teratur akan dapat meningkatkan keemampuan dan keterampulan kerja yang sekaligus mengarah kepada peningkatan produktifitas kerja. Dalam istilah lain dapat kita katakan bahwa tingkat penghasilan seseorang meningkat sejalan dengan bertambahnya tingkatan pendidikan dan pelatihan (Tjiptoherijanto, 1989). Oleh karna itu sangat masuk akal bila pendidikan dan pelatihan haruss diperhatikan secara serius dengan prinsip-prinsip :
1.      Diklat Sebagai Penyempurnaan
keluaran pendidikan formal pada umumnya masih dalam kedaan siap latih. Terlebih lagi karena pendidikan di Indonesia masih besifat massal karena sangat mengulamakan pemerataan. Mereka belum siap dan mampu ,untuk memegang jabatan tertentu. Oleh karena itu sumber daya manusia ini masih harus disempurnakan dalam satu diklat yang terprogram.
2.      Diklat sebagai pelayanan kemajuan IFTEK.
Ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat di hindari lagi. sehinaga apa yang dipelajari di bangku sekolah tahun ini mungkin telah berubah dan mesti diperbaiki. Menurut Chandler, "tiap tahun ilmuan menemukan fakta - fakfa baru dan menyusun kembali yang loma, sehingga mengubah bahan - bahan pelajaran di semua bidang" (Nurtain, 1983 : 85). Karena pesatnya perkembangan IPTEK itu, maka karyawan suatu organisasi perlu ditingkatkan kemampuannya untuk melayani kemajuan IPTEK.
3.      Diklat sebagai wahana promosi
Organisasi harus selalu ditingkatkan mutu perayanannya pada setiap tingkatan jabatan yang ada dalam organisasi itu. Makin tinggi jabatan, makin dibutuhkan yang makin berkualitas. Menduduki jabatan yang lebih tinggi merupakan promosi bagi karyawan yang bersangkutan. Peningkatan kualitas karyawan, pada umumnya diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang direncanakan secara sistematis.
4.      Diklat sebagai pemenuh Aspirasi Masyarakat
Untuk mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat sudah sangat mendesak. Masyarakat dalam era inforrnasi dan komunikasi yang sangat cepat ini mau membayar lebih mahal asal urusan mereka dapat diselesaikan dengan cepat. Ramainya took - took swalayan, semakin tinggi minat masyarakat untuk membuka rekeningnya melalui ATM merupakan contoh bahwa seliap orang ingin mendapat pelayanan yang cepat dan unggul ini hanya mungkin dilayani oleh karyawan yang mampu dan terampil melalui penddikan dan pelatihan.
5.      Diklat sebagai pemasok ide Inovatif
Agaknya mustahil pembaharuan dilaksanakan dalam kegiatan rutin. Biasanya kegiatan rutin menimbulkan kejenuhan yang menghalangi kemajuan lembaga atau organisasi. Oleh karena itu diperlukan penyegaran berupa ide inovatif yang sering diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.

6.      Diklat Sebagai Pengembang Keterampilan
tugas - tugas dalam lembaga atau suatu organisasi seringkali memerlukan keterampilan khusus. Oleh karena itu, karyawan yang akan menangani tugas itu harus mendapatkan pendidikan dan latihan khusus pula. Tanpa pembinaan dan pengembangan keterampilan ini dapat diramalkan produktifitas kayawan akan menurun.
7.      Diklat sebagai Prantara pendidikan seumur hidup
Pendidikan dan Pelatihan diperlukan tidak hanya sampai selesai belajar di sekolah dan perguruan tinggi. Semua orang memerlukan diklat baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kelompok masyarakat. Idealnya, setiap manusia harus selaiu berusaha agar dirinya dimasa depan akan lebih baik daripada hari ini. Setiap manusia idealnya selalu berikrar, bahwa dalam setiap melakukan pekerjaan masing - masing ia semakin lama akan makin mahir, makin professional (Mukhtar Bukhari, 1994). Dengan demikian mahir professional seseorang dapat ditata dalam suatu diklat.
8.      Diklat sebagai Pembentukan Etos Kerja Bermutu.
Kecendrungan dan semangat kerja karyawan melakukan suatu tugas tidak timbul dengan sendirinya, malainkan perlu dipupuk dan disempurnakan melalui berbagai kegiatan penyegaran yang direncanakan secara matang. Dalam penyegaran dan pelatihan yang dikoordinasi dengan baik dapat diharapkan etos kerja karyawan dapat meningkat.



B.     Tujuan
            Secara umum tujuan prograrn latihan dan pengembangan dalarn suatu organisasi adalah untuk rnenutup "gap" antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan dan meningkat efesiansi dan aktifitas kerja ' karyawan dalam mencapai sasaran kerja yang ditetapkan.
            Secara khusus tujuan diadakannya program pendidikan dan pelailhan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu : organissasi dan karyawan. Dilihat dari sisi organisasi tujuan pendidikan dan pelatihan diantaranya sebagai berikut :
1.      Tujuan Pendidikan dan pelatihan dari sisi organisasi diantaranya sebagai berikut :
a.       Peningkatan Produktifitas Kerja Organisasi Hal itu secara umum dapat dicapai antara lain karena tidak terjadinya pemborosan, karena kecermatan melaksanakan tugas. Tumbuh suburnya kerjasama antara berbagai satuan kerja yang melaksanakan kegiatan yang berada dan bahkan spesialistik. Di samping itu, juga meningkatkannya tekad mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lancarnya koordinasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh.
b.      Terwujudnya hubungan yang serasi antara tasan dan bawahan Antara lain karena pendelegasian wewenang, interaksi yang didasarkan pada sikap dewasa baik secara teknikal maupun intelektual. Demikian juga adanya perasaan saling menghargai dan kesempatan bagi karyawan untuk berfikir dan bertindak secara inovatif.
c.       Tejadinya pengarnbilan keputusan yang lebih cepat dan tepat karena melibatkan para pegawai yang bertangguna jawab menyelenggarakan kegiatan-kegiatan operasional dan tidak sekedar diperintah manajer.
d.      Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan komitmen organisasional yang lebih tinggi
e.       Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial yang partisipatif.
2.      Selanjutnya dari sisi karyawan, tujuan pendidkan dan pelatihan diantaranya adalah :
a.       Membantu para pegawai mernbual keputusan lebih baik.
b.      Meningkatkan kemarnpuan para pekerja menyelasaikan berbagai masalah yang di hadapinya.
c.       Terjadinya Internalisasi dan operasionalisasi factor - factor motifasional.
d.      Timbulnya dorongan dalam diri para pekerja untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya.
e.       Peningkatan kemampuan para pegawai untuk mengatasi stress, frustasi, dan konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya diri sendiri.
f.       Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh para pegawai masing - masing secara teknikal dan intelektual.
g.      Meningkat kemampuan kerja.
h.      Semakin besarnya pengakuan atas kernampuan sesorang.
i.        Semakin besarnya tekad para pekerja untuk lebih mandiri.
j.        Mengurangi ketakutan terhadap lugas - tugas baru di masa depan.

BAB IV
Penutup
1.      Kesimpulan
      Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan adanya pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan keemampuan dan keterampulan kerja yang sekaligus mengarah kepada peningkatan produktifitas kerja. Juga dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas mampu mengembangkan potensi yang dimiliki untuk kemajuan Bangsa dan Negara.

Daftar Pustaka
Vitman, Marlin. Diktat Manajemen Sistem kepelatihan. Baturaja : Prodi TP FKIP

Membuat evaluasi dan skoring


Membuat evaluasi dan skoring
1.       Tentukan size document menjadi 800 pixel dan 600 pixel
2.       Masukkan action script pada frame pertama :
stop();
fscommand(“fullscreen”,true);
var benar=0;
3.Buatlah soal dan jawaban
3.       Buatlah tombol A,B,C,dan D (caranya membuat gambar lingkaran dengan oval tool dan masukkan teks dengan text tool, kemudian atur posisi teks supaya berada di tengah-tengah lingkaran, gunakan Align (buka window-align). Seleksi teks dan gambar lingkaran, klik kanan pada daerah seleksi, pilih convert to symbol, pilih type movie clip.
Buat

4.       Masukkan action script pada masing-masing tombol A,B,C,dan D:
on(release){
     nextFrame();
     }
5.       Buatlah soal nomor 2 sampai nomor 10 dengan cara klik kanan pada frame pilih insert keyFrame ( lakukan dari frame 2 sampai frame 10). Gantilah teks nomor soal, pertanyaan, dan jawaban masing-masing halaman frame.
6.       Masukkan kunci jawaban pada masing-masing soal dengan memberikan action pada salah satu tombol yang dianggap benar: benar++;
Contoh :
On(release){
      nextFrame();
      benar++;
      }
7.       Buatlah satu halaman kosong pada akhir frame (frame 11), klik kanan frame pilih insert blank keyframe.
8.       Buatlah teks type static dan dynamic, kemudian berilah nama variabel pada masing-masing teks type dynamic (contoh: klik kiri masing-masing teks dynamic kemudian buka properties dan beri nama pada var tampilan_benar, var tampilan_salah, var tampilan_skor).
Type dynamic text
Type static text
9.       Berikan action script pada frame terakhir (frame 11):
tampilan_benar = benar;
tampilan_salah=10-benar;
tampilan_skor=(100/10)*benar;
Keterangan:
10 adalah jumlah soal
10.   Tambahkan tombol untuk mengulang mengerjakan evaluasi dengan memberikan action:
on(release){
      gotoAndStop(1);
      }
11.   Lakukan test movie (ctrl+Enter)

MODEL-MODEL ANALISIS DATA KUALITATIF


MODEL-MODEL ANALISIS DATA KUALITATIF
1.Rancangan Penelitian Kualitatif
            Penggunaan rancangan ini harus sesuai dengan fokus penelitian yang hendak dikaji. Rancangan penelitian kualitatif yang paling populer digunakan adalah pendekatan kualitatif presfektif, etnografi, grounded research, fenomenologi, etnnometodologi, interaksi simbolik, analisis wacana ( discourse anlysis ), dramatudi, dan lain - lain
2.Model-Model Analisis Data Kualitatif
a. Analisis data kualitatif yang dikembangkan Srtaus  dan corbin
Untuk menyajikan data agar lebih bermakna dan mudah dipahami, langkah analisis data dapat meminjam proses analisis data kualitatif yang dikembangkan straus dan corbin ( 2003 ).
Ada tiga langkah besar dalam melakukan analisis data kualitatif menurut straus dan corbin :
1.      Open Coding
2.      Axial Coding
3.      Selective Coding
b. analisis data kualitatif yamg dikembangkan Miller dan Huberman
            Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Teknik analisis yangdilakukan mencakup tiga hal yaitu:
1.      Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian dan pentgransformasian data kasar dari lapangan.

2.      Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3.      Menarik kesimpulan ( verifikasi )
Menarik kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan – kesimpulan juga diferifikasi selama penmelitian berlangsung.
c. analisis kualitatif ( analisis domaian, taksonomi, komponen – komponesial ) dari Spradley
            Analisis ini pada prinsipnya tidak berbeda jauh dengan penelitian kualitatif lainnya, yaitu suatu analisis data yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis ini pertama kalio dikembangkan oleh Spradley 1997.
Analisis taksonomi digunakan untuk menciptakan suatu taksonomi yang mengikhtisarkan berbagai sebab rendah dan tingginya tindakan informan.
Analisis komponen digunakan untuk mencarai secara sistematis atribut – atribut dan komponen – komponen yang berkaitan dengan sebab – sebab tersebut diatas.
Analisis tema digunakan untuk menemukantema – tema yang muncul selama proses penelitian berlangsung, baik tema – tema yang bersifat eksplisit maupun implisit
d. analisis data kualitatif perspektif fenomenologi yang dikembangkan Bogdan dan Taylor
            Secara aplikatif Bogdan dan Taylor memberi arahan bagaimana penelitian secara fenomelogi dilakukan. Menurut mereka metode penelitian secara fenomenologi meliputi tiga tahap yaitu : tahap pralapangan, tahap di lapangan dan tahap analisis data.
e. analisi fenomenologi yang dikembangkan Moustakas ( Basrowi, 2003 )
            Langkah – langkah analisis data sebagaimana Bogdan dan Tayulor jelaskan diatas, apabila dibandingkan dengan metode analisis yang digunakan Moustakas dalam bukunya yang berjudul Phenomenological Recearch Methods adalah sebagai berikut :
Secara garis besar Moustakas ( 1994 : 84 – 102 ) menyarankan empat langkah yang harus dilakukan dalam penelitian  fenomenologi yaitu : ephoce ( mengurung data – data penting yang diperoleh tanpa mempercayai terlebih dahulu ), redukasi fenomologi, variasi imnajinasi, dan sintesis makna dan esensi.
f. analisis fenomologi yang dikembangkan Berger dan Luckman
Penelitian dengan menggunakan pendekatan phemenology, diharapkan dapat membantu dalam :
1. Pengamtan
2. Imajinasi ( berpikir secara abstrak )
3. Menghayati fenomena lapangan penelitian
            Penggunaan metode fenomenologi membutiuhkan kesungguhan dalam pengamatan, empati, abstraksi dan daya interpretasi melalui verstehen, dengan implikasi metodologi :
1.      Memusatkan perhatian observasi dan kajian pada praktik sosial dari  fenomena yang terjadi.
2.      Menggali lebih dalam berbagai aspek dan struktural  maupun kultural yang ada, dan
3.      Memanfaatkan semaksimal mungkin data triangulasi maupun  investigor triangulasi ( Waters, 1994 )

3.Pengolahan Data Tahap Pascakerja Lapangan
            Proes pengolahan data secara fenomologi, pada dasarnya tidak bisa dpisahkan dengan proses pengamatan partisipan dan wawamcara mendalam di lingkungan subjek.  Menurut Bogdan dan Taylor ( 1993 : 137 ) proses analisis data adalah teknik – teknik yang dapat digunakan untuk memberikan arti kepada beratus – ratus atau bahkan berlibur – libur, lembar catatan lapangan, transkip wawancara dan komentar peniliti. Lebih tepatnmya, analisis data adalah proses yang memerlukan usaha untuk secara formal mengidentifikasi tema – tema dan menyusun hipotesis – hipotesis ( gagasan – gagasan ) yang ditampilkan oleh data, serta upaya untuk menunjukkan bahwa tema dan hipotesis tersebut di dukung oleh data.
Hipotesis yang dimaksud Bogdan dan Taylor adalah pernyataan yang bersifat proposisi, baik yang sederhana maupun yang kopmpleks. Tujuan penyusunan hipotesis dilapangan adalah agar peniliti peka terhadap sikap perilaku di dalam lingkungan penelitian dan sifat interaksi sosial secara umum, sekaligus unmtuk membantu peneliti memahami gejala yang sebelumnya tidak dimengerti.
a.       Memulai Melakukan Analisis
b.      Merncari Tema dan Merumuskan Hipotesis
c.       Bekerja dengan Hipotesis
4.Metode Pengumpulan Data Secara Fenomenologi
Selama dilapangan peneliti memposisikan diri sebagai  human instrument yang tinggal dilapangan. Dalam Prosess pengumuplan hingga analisis data secara fenomenologi terdapat tiga proses reduksi. Yaitu reduksi fenomenologi, reduksi eidetis dan transendetal.
Reduksi memilki tiga segi, yakni meliputi reduksi fenomologis, reduksi eidetis, reduksi transendental yang dalam penggunaannya masing – masing memiliki nilai operasionalk yang berbeda.
1.      Reduksi fenomologis adalah suatu usaha mendeskripsikan pengalaman manusia dan untuk menyatakan suatu perwujudan subjek di dunia.
2.      Reduksi eidetis adalah menenmukan keseluruhan hakiki yang mendasar dan mendalam dari fenomena, yang oleh para fenomenolog disebut eidos.
3.      Reduksi transendental, yaitu langkah reduksi yang berusaha memilah hakikat yang masih bersifat empiris menjadi hakikat yang murni.
b. Penarikan proposisi
            Dalam melakukan analisis data secara fenomologi, Dimyati ( 2001 : 81 ) menyarankan langkah – langkah berikut :
1.      Mengkategorikan antara sebjek penelitian dan informan penelitian
2.      Menguji kejujuran aktor dengan cara menguji keakuratan data dari aktor yang satu dengan yang lainnya.
3.      Mencari norma atau nilai yang melatarbelakangi perilaku serta tujuan aktor dalam  melakuakn  tindakan.
4.      Melakukan reduksi.
Hal – hal yang direduksi meliputi data hasil pengamatan dan data hasil wawancara. Tahapan mereduksi data meliputi langkah – langkah sebagai berikut :
a.       Proses selecting dan focusing
b.      Simplifying
c.       Abstracting
d.      Transforming

5.      Mengelompokkan hal – hal yang serupa menjadi kelompok satu , kelompok dua, kelompok tiga dan seterusnya.
6.      Membuat rumusan proposisi yang terikat dengan prisnip logika, kemudian mengangkatnya sebagai temuan penelitian.
7.      Mengkaji secaraberulang – ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan
8.      Melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan temuan baru yang berbeda dari temuan yang sudah ada.
5.Contoh Analisis Kualitatif dengan Metode Spradlay
            Basrowi, 1998, PartisipasI Masyarakat dalam Program Wajib Belajar 9 Tahun.
ANALISIS DOMAIN
 KERTAS KERJA ANALISI DOMAIN


 
Hubungan Semantik   : Salah satu jenis
Bentuk                                    : X adalah salah satu jenis dari Y


 
Istilah Pencakup : Bangunan untuk pelaksanaan pemerintahan desa
Istilah Tercakup : Balai Desa, kantor desa, kantor PKK
Istilah Pencakup : Bangunan sekolah
Istilah Tercakup : Gedung SDN Girondo, gedung SDN Kembang Kuning, Gedung TK

Istilah Pencakup : Mata pencaharian penduduk
Istilah Tercakup : Petani, tukang, pedagang, pegawai negeri

Istilah Pencakup : Kebiasaan Masyarakat
Istilah Tercakup : Merantau, kontrak kerja, memondokkan anaknya ke pondok pesantren

Istilah Pencakup : Alat Komunikasi
Istilah Tercakup : Radio, TV

Istilah Pencakup : Penerangan yang digunakan masyarakat
Istilah Tercakup : Listrik, lampu minyak tanah

Istilah Pencakup : Keahlian masyarakat yang turun temurun
Istilah Tercakup : pertanian, pertukangan
Istilah Pencakup : alat – alat pertanian yang digunakanb masyarakat
Istilah Tercakup : cangkul, wluku, traktor.







 
Hubungan Semantik   : Salah satu kondisi
Bentuk                        : X adalah salah satu kondisi Y
                
Istilah Pencakup : Lingkungan fisik desa
Istilah Tercakup : Kondisi bangunan desa, kondisi bangunan sekolah, kondisi jalan yang menghubungkan antardusun, sarana dan prasarana desa.
Istilah Pencakup Kondisi lingkungan sekolah
Istilah Tercakup : Lingkungan belajar di SD, Lingkungan bermain di SD, Lingkungan belajar di SLTP Terbuka.







 
Hubungan Semantik   : Salah satu tempat dari
Bentuk                        : X adalah salah satu tempat dari Y

Istilah Pencakup : Tempat Pertemuan
Istilah Tercakup : Balai Desa, aula sekolah, kantor PKK
Istilah Pencakup :  Tempat Bermain
Istilah Tercakup : Lapangan desa, halaman sekolah